عن أَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ _ صحيح البخاري, 4/ 580
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ` bersabda, Allah berfirman; “Seluruh amal manusia adalah untuknya kecuali puasa, karena puasa itu adalah untuk Ku dan Akulah yang langsung akan membalasnya. Puasa itu adalah perisai. Maka jika seorang dari kalian tengah berpuasa, janganlah ia berkata-kata kotor dan berlaku tidak terpuji. Dan jika ada seorang yang mencela atau mengajaknya bertengkar, maka hendaklah ia berkata kepada orang itu, ‘Sesungguhnya saya tengah berpuasa’. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan Nya, sungguh bau mulut orang yang tengah berpuasa adalah lebih baik di sisi Allah daripada bau minyak kesturi. Bagi seorang yang berpuasa ada dua kegembiraan yang akan didapatkannya; kegembiraan tatkala berbuka puasa dan kegembiraan ketika berjumpa Allah dengan amalan puasa yang dibawanya.”. (HR. Bukhari)
Taqdim
Tidak terasa, hari demi hari terus bergulir seiring dengan perjalanan zaman. Dan kini, kita pun telah diantar hingga ke pertengahan bulan Sya’ban. Sebentar lagi, kita kan memasuki gerbang Ramadhan yang menjanjikan setumpuk harapan bagi mereka yang merindukannya.
Bagi mereka yang merindukannya;
• Bulan Ramadhan adalah bulan evaluasi diri, sejauh mana keberhasilannya dalam melakukan amalan shaleh pada 11 bulan sebelumnya.
• Bulan Ramadhan adalah sarana untuk kembali me-refresh dan membekali diri dengan iman dan takwa agar kembali bisa melangkah dan berjuang melawan segala tantangan hidup pada 11 bulan setelahnya.
• Bulan Ramadhan adalah sarana untuk melebur dosa dan mendulang pahala serta rahmat dan karunia-Nya.
• Bulan Ramadhan adalah kesempatan bagi setiap kita untuk mengkapling sebuah tempat di dalam surga dan meraih pembebasan dari pedihnya siksa neraka.
Rasulullah ` bersabda;
أتاكم رمضان شهر مبارك فرض الله عز و جل عليكم صيامه تفتح فيه أبواب السماء وتغلق فيه أبواب الجحيم وتغل فيه مردة الشياطين
“Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, telah datang menaungi kalian. Allah ta’ala wajibkan bagi kalian berpuasa di bulan tersebut. Pada bulan itu, pintu-pintu langit dibuka; ditutup pintu-pintu neraka; dan para pembesar syaithan-pun dibelenggu.”[1].
إِنَّ لِلَّهِ عُتَقَاءَ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ لِكُلِّ عَبْدٍ مِنْهُمْ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَة
“Sesungguhnya Allah ta’ala -di bulan Ramadhan- mempunyai orang-orang yang akan Ia bebaskan dari api neraka pada setiap siang dan malam hari. Pada bulan itu, setiap muslim memiliki do’a yang akan dijawab pada setiap siang dan malam hari.”[2].
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan, dengan segenap iman dan harapan; niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”[3].
Sangat Istimewa
Ibadah yang sangat istimewa, sungguh pantas gelar ini disematkan kepada ‘puasa’. Betapa tidak, sedangkan Allah telah mengkhususkannya sebagai ibadah yang diperuntukkan buat-Nya, sementara –pada hakikatnya- ibadah yang lain pun demikian, wajib –hanya- diperuntukkan kepada Allah -ta’ala-. Dalam kutipan hadits Qudsi yang tengah dalam pembahasan, Allah berfirman;
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
“Segala amalan anak cucu Adam adalah untuknya kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan langsung membalasnya.”. Dikhususkannya penisbahan ibadah ini kepada Allah -ta’ala-, setidaknya memiliki dua sebab, yaitu;
1. Jenis ibadah ini menuntut seseorang untuk meninggalkan perkara-perkara mubah yang sangat disenanginya, hal mana menunjukkan kesungguhan yang besar dari orang tersebut dalam beribadah kepada Allah.
2. Sangat kecil potensi riya dan sum’ah dari jenis ibadah ini, dimana sangat memungkinkan bagi seseorang untuk membatalkan puasanya di tempat yang tidak diketahui manusia, sedang ia menampakkan dihadapan mereka bahwa ia tengah berpuasa. Allah berfirman dalam sebuah hadits Qudsi;
الصَّوْمُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي
“Sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan langsung membalasnya. Ia tinggalkan makanan, minuman dan syahwatnya semata untuk-Ku.”. Disebutkan dalam sebuah hadits mursal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
الصيام لا رياء فيه قال الله هو لي و أنا أجزي به يدع طعامه و شرابه من أجلي
“Puasa itu adalah jenis ibadah yang tidak akan dikotori oleh riya. Allah berfirman, “Puasa itu adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan langsung membalasnya. Ia tinggalkan makanan, minuman dan syahwatnya semata untuk-Ku.”[4].
Pahala Yang Tiada Terhingga
Keistimewaan ibadah puasa ini menjadi lebih special, ketika Ia berfirman dalam hadits Qudsi di awal bahasan;
وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
“Dan Akulah yang akan langsung membalasnya.”. Dipahami dari hadits qudsi ini bahwa pahala yang akan diberikan Allah kepada orang-orang yang berpuasa tidaklah akan dapat dihinggakan oleh siapapun, melainkan oleh Allah sendiri Nya. Hal ini tentu berbeda dengan pahala yang akan didapatkan oleh seorang dari jenis ibadah lain yang dilakukannya. Rasulullah ` bersabda, Allah berfirman;
إِذَا هَمَّ عَبْدِى بِحَسَنَةٍ وَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبْتُهَا لَهُ حَسَنَةً فَإِنْ عَمِلَهَا كَتَبْتُهَا عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ
“Apabila hamba Ku telah berkeinginan untuk melakukan sebuah kebaikan dan ia tidak jadi melaksanakannya, maka Aku akan mencatat satu kebaikan untuknya. Dan bila ia melaksanakannya, maka Aku akan menuliskan 10 hingga 700 kali lipat kebaikan untuknya.”[5].
Puasa dan Sabar
Dalam al Quran, Allah wasiatkan kepada orang-orang beriman untuk senantiasa memperbanyak dua hal yang dapat menolong mereka dalam menyelesaikan segala masalah. Allah berfirman;
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ_ البقرة: 45
“Minta tolonglah kalian dengan sabar dan shalat.”[6]. Satu diantara penafsiran sabar dalam ayat ini adalah puasa, sebagaimana yang disampaikan oleh Mujahid rahimahullah [7]. Olehnya, disebutkan dalam hadits yang disampaikan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
صوم شهر الصبر و ثلاثة أيام من الشهر صوم الدهر
“Berpuasa pada bulan sabar (Ramadhan) dan pada tiga hari setiap bulan setara dengan berpuasa sepanjang masa.”[8].
Dipahami dari beberapa keterangan ini bahwa puasa dan sabar adalah dua hal yang memiliki korelasi yang sangat kuat. Wujud kongkrit dari sabar itu tergambar secara jelas pada puasa;
*) Ketika berpuasa seorang ditempa untuk dapat sabar dalam mengendalikan diri dari hal yang mubah dilakukannya pada hari-hari yang lain (tidak makan, tidak minum dan tidak berhubungan dengan pasangan)
*) Ketika berpuasa seorang dilatih untuk sabar dalam mengendalikan lisan dan perilaku. Bahkan jika ada yang memprovokasinya, hendaknya ia sabar dan tidak terpancing untuk membalasnya. Rasulullah ` bersabda dalam hadits qudsi yang tengah dalam pembahasan;
وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ
“Maka jika kalian tengah berpuasa, janganlah ia berkata-kata kotor dan berlaku tidak terpuji. Dan jika ada seorang yang mencela atau mengajaknya bertengkar, maka hendaklah ia berkata kepada orang itu, ‘Sesungguhnya saya tengah berpuasa’.”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَه
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan yang tercela, niscaya Allah -ta’ala- tidaklah butuh terhadap puasa yang dilakukannya.”[9].
*) Ketika berpuasa seorang dilatih untuk sabar dalam melakukan ketaatan, sabar dalam meninggalkan maksiat dan sabar dalam menjalani segala ketentuan Allah.
Maka karena menyeluruhnya cakupan nilai kesabaran yang terkandung dalam puasa, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun menamai bulan Ramadhan (bulan puasa) dengan sebutan ‘bulan sabar’, yang ganjarannya sebagaimana firman Nya;
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ _ الزمر: 10
“Orang-orang sabar itu akan diberi pahala yang tiada terhingga.”[10]. Allah berfirman dalam hadits Qudsi yang telah disampaikan diawal;
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
“Seluruh amal manusia adalah untuknya kecuali puasa, karena puasa itu adalah untuk Ku dan Akulah yang langsung akan membalasnya.”.
Puasa Adalah Perisai
Dalam hadits Qudsi yang telah dibawakan di awal bahasan, Rasulullah ` bersabda;
وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ
“Puasa itu adalah perisai.”;
*) Perisai yang akan melindungi seorang dari berbagai tindakan yang dapat mendatangkan kemurkaan Allah.
Olehnya, puasa adalah terapi efektif dan sehat untuk mengatasi gejolak nafsu bagi mereka yang belum mampu untuk menikah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاء
“Wahai sekalian pemuda, barangsiapa diantara kalian yang telah sanggup menikah, maka hendaklah ia segera menikah. Dan barangsiapa yang belum sanggup, maka hendaknya ia berpuasa; karena puasa itu adalah obat baginya.”[11].
*) Perisai yang akan melindungi seorang dari panasnya api neraka.
Rasulullah ` bersabda;
إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنْ النَّارِ
“Puasa itu adalah perisai yang akan digunakan oleh seorang hamba untuk melindunginya dari api neraka.”[12]. Rasulullah ` bersabda;
من صام يوما في سبيل الله باعد الله بذلك اليوم النار من وجهه سبعين خريفا
“Barangsiapa berpuasa sehari di jalan Allah, niscaya pada hari itu Ia akan menjauhkan wajahnya dari api neraka sejauh perjalanan 70 tahun.”[13].
Tanda Yang Berharga
Tanda yang membekas dari seorang mukmin karena ibadah yang dilakukannya adalah sesuatu yang sangat berharga di sisi Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;
“ثَلاثَةٌ لا تَرَى أَعْيُنُهُمُ النَّارَ: عَيْنٌ حَرَسَتْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَعَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ، وَعَيْنٌ غَضَّتْ عَنْ مَحَارِمِ اللَّهِ”
“Tiga jenis mata yang tidak akan menyaksikan pedihnya api neraka adalah mata yang tidak tidur karena berjaga dalam jihad, mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang tertunduk dan berpaling dari perkara-perkara haram.”[14].
Bila saja tanda yang nampak pada mata seorang sebagai akibat dari ibadah yang dilakukannya (bekas linangan air mata atau bekas dari seringnya orang itu tidak tidur di malam hari) adalah sangat berharga disisi Allah, bahkan meski tidak indah dalam pandangan manusia; maka demikianlah bau mulut yang berasal dari lambung seorang yang tengah berpuasa, meski tidak baik menurut indra manusia, namun di sisi Allah bau tersebut adalah lebih harum dari wangi kesturi. Rasulullah ` bersabda dalam hadits Qudsi yang telah dibawakan di awal;
لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Sungguh bau mulut orang yang tengah berpuasa adalah lebih baik di sisi Allah daripada bau minyak kesturi.”.
Surprise
“Al jazaa’ min jinsil ‘amal” (balasan yang diterima berbanding lurus dengan kualitas pekerjaan). Demikianlah kaidah umum dalam interaksi keseharian ini, pun sama diterapkan dalam perkara-perkara ibadah.
Tentang balasan bagi mereka yang telah menunaikan ibadah puasa secara benar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits Qudsi yang tengah dibahas;
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ
“Bagi seorang yang berpuasa ada dua kegembiraan yang akan didapatkannya; kegembiraan tatkala berbuka puasa dan kegembiraan ketika berjumpa Allah dengan amalan puasa yang dibawanya.”.
Surprise yang disebutkan dalam hadits ini, selain sebagai pemberi motivasi bagi seorang mukmin untuk bersungguh-sungguh dalam menjalani ibadah ini; juga sebagai pembelajaran bagi mereka untuk senantiasa menghiasi lisannya dengan kata-kata yang baik dan dapat membangkitkan semangat.
Terlebih bagi mereka yang dijadikan sebagai panutan dan ikutan, hendaknya mereka lebih mampu untuk mengontrol kata-katanya, dan memilah dari seluruh kata yang mungkin ada dalam benaknya kata-kata yang sesuai dengan keadaan dan audiens yang mendengarnya; karena tidak semua kata adalah baik dan sesuai untuk diungkapkan dalam setiap keadaan. Rasulullah ` bersabda;
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia berkata-kata baik atau diam.”[15].
الْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ
“Kata-kata yang baik adalah sedekah.”[16]
Kemampuan untuk mengendalikan kata dan memberi kegembiraan kepada saudara semuslim adalah juga merupakan bagian penting yang hendak diajarkan dari ibadah puasa yang mulia ini.
Penutup
Bulan Ramadhan adalah bulan mubarak, bertabur berkah. Bulan Ramadhan adalah bulan yang menjanjikan berbagai keutamaan. Pada bulan itu, peluang untuk berbuat baik sangatlah banyak, dan peluang untuk berbuat kejahatan amatlah kecil. Pada bulan itu, Allah menyiapkan pahala yang berlipat ganda bagi orang-orang yang melakukan kebaikan. Sebagaimana ancaman yang berlipatganda –pun akan tertuju bagi orang-orang yang masih saja sempat melakukan kejahatan di bulan yang mulia tersebut.
Bulan Ramadhan adalah tamu agung. Maka merupakan hal yang sangat wajar bagi seorang yang akan kedatangan tamu agung untuk bergegas mempersiapkan diri menyambut kedatangannya. Demikianlah keadaan orang-orang beriman; rasa rindu untuk kembali berjumpa dengan Ramadhan, -tentu- menjadikan mereka –jauh-jauh hari- telah melakukan berbagai persiapan untuk menyambut kedatangannya.
Pada akhirnya, tiada angan yang diharap melainkan; semoga Allah menyampaikan usia-usia kami ke bulan Ramadhan, dan menjadikan Ramadhan kami lebih berkah dari Ramadhan-Ramadhan terdahulu. Semoga Allah memberi taufik-Nya kepada seluruh kaum muslimin. Allahumma amin.
Maraaji’e
1. Al Quran al Kariim
2. Al Jaami’e Al Musnad As Shahiih, oleh Imam Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al Bukhari.
3. Al Jaami’u as Shahiih, oleh Abu al Husain Muslim bin Hajjaaj
4. Sunan Abi Daud, oleh Imam Sulaiman bin al Asy’ats Abu Daud as Sajastaani al Azdiy
5. Sunan Ibnu Majah, oleh Muhammad bin Yaziid Abu Abdillah
6. Sunan an Nasaa’iy, oleh Ahmad bin Syu’aib an Nasaa’iy
7. Al Mu’jam al Kabiir, oleh Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub Abu al Qaasim at Thabraaniy
8. Syu’abul Iman, oleh Abu Bakr Ahmad bin al Husain al Baihaqi
9. Musnad al Imam Ahmad, oleh Ahmad bin Hanbal Abu Abdillah as Syaibaani
10. Majaalisu Syahri Ramadhan, oleh Syaikh Muhammad bin Shalih ‘Utsaimiin
11. https://islamselect.net/mat/91685
12. https://articles.islamweb.net/media/index.php?page=article&lang=A&id=186961
13. https://abujola.wordpress.com/2010/06/21/penjelasan-ayat-puasa-al-baqarah-183/
14. https://abujola.wordpress.com/2011/07/27/tamu-agung-itu-bagaimana-anda-menyambutnya/
15. Syarhu Hadits “Kullu ‘amali Ibni Adam”, oleh Fadhilatu as Syaikh Umar Za’lah, https://www.youtube.com/watch?v=KPB17gKk6Sw
___________________
[1] HR. an Nasaai, (4/129)
[2] HR. Ahmad, (12/420)
[3] HR. Bukhari, (1/42)
[4] Syu’abul imaan, (3/299).
[5] HR. Muslim, (1/ 82)
[6] Al Quran, surah al Baqarah, ayat 45
[7] https://islamselect.net/mat/91685
[8] Sya’abu al Iman, (3/ 290)
[9] HR. Bukhari, (4/578)
[10] Al Quran, surah az Zumaar, ayat 10)
[11] HR. Bukhari, (12/ 537)
[12] HR. Ahmad, (23/ 411)
[13] HR. Ibnu Majah, (1/ 547)
[14] HR. Thabraani, (14/ 351)
[15] HR. Bukhari, (15/ 205)
[16] HR. Bukhari, (15/ 213)