Di dalam surah Al Faatihah, ketika menyebutkan sifat Nya bahwa Ia adalah Dzat Yang Maha Rahman dan Maha Rahim (Ar Rahmaan Ar Rahiim), Ia juga menggandengkan penyebutan sifat itu dengan sifat Nya yang lain bahwa Ia adalah Dzat Yang Maha Memiliki dan Maha Merajai hari pembalasan (Maaliki / maliki yaumid Dien).
Penggandengan dua sifat ini, oleh ulama dipahami sebagai isyarat perlunya keseimbangan dalam menyampaikan sebuah informasi.
Ketika menyampaikan tentang keluasan rahmat Allah, maka perlu pula disampaikan bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Memiliki dan Maha Merajai hari pembalasan. Olehnya janganlah seorang itu larut dalam mimpi-mimpi dan halusinasi syaithan dengan menjadikan sifat Rahmat Nya yang maha luas sebagai alasan untuk larut dalam kemaksiatan dan menunda-nunda taubat. Karena tidak satupun manusia mengetahui kapan ajal akan datang menjemputnya, dan ketika ajal telah tiba, maka Allah adalah Dzat Yang Maha Memiliki dan Maha Merajai hari pembalasan. Di saat itu, tidaklah akan bermanfaat mimpi dan halusinasi syaithan tersebut, karena Allah adalah Dzat Yang Maha Adil, tidak akan ada satupun kekuatan yang dapat mengintervensi apapun hukum dan kebijakan Nya.
✍ Penulis : Ustadz Muhammad Irfan Zain, Lc
*Tim Rubrik Kajian Ilmiyah Al Binaa Menyapa*